0


      Belakangan, Indonesia sedang banyak
dibombardir oleh hoax. Kabar-kabar tidak
benar ini menyebar melalui corong-corong
media sosial, baik melalui Facebook, Twitter, WhatsApp, BlackBerry Messenger, dan lain- lain.
Anehnya, banyak orang yang tertipu
meskipun seringkali sudah jelas bahwa
beritanya ngawur

    Fakta memilukan inilah yang mendorong faktor rasisme dan intoleransi selama beberapa waktu ke belakang.
Sebagai Kelompok Informasi Masyarakat (KIM). Kami merasa berkewajiban untuk
memberikan wawasan dasar tentang bagaimana cara mendeteksi sebuah kabar
hoax.

     Kami tidak bisa tinggal diam melihat
kejahatan semacam ini merongrong masyarakat, meskipun sebenarnya masyarakat juga bersalah karena tidak membentengi diri dengan banyak membaca. Menurut Central Connecticut State University di Amerika Serikat, Indonesia bahkan menempati peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Memprihatinkan, bukan? Itulah
kenapa banyak orang jahat yang
memanfaatkan kelemahan ini untuk mengadu domba.

-Mengenal Hoax

Sebelum kita berbicara mengenai dasar-dasar mendeteksi hoax, kita perlu tahu apa yang disebut dengan hoax.
Menurut dictionary.com, hoax dapat dimaknakan sebagai “sesuatu yang
diniatkan untuk menipu orang”. Melihat dari definisi ini, apa yang disebut hoax belum tentu mengandung kepalsuan.
Untuk menipu orang, kita tidak harus selalu berbohong, tetapi bisa dengan melebih-lebihkan fakta atau bahkan
bermain bahasa agar terjadi misinterpretasi (salah tafsir).
Cukup mudah dipahami, bukan?

-Siapa yang Menyebar Hoax?

Mengungkap siapa yang menyebar hoax
secara spesifik bukanlah wewenang kami,
tetapi tugas aparat keamanan selaku ujung
tombak keamanan dan ketentraman
bermasyarakat. Akan tetapi, kami cukup yakin bahwa isu-isu hoax yang dengan liar
menyebar di media sosial merupakan prakarsa dari orang-orang yang memiliki kepentingan tertentu (maksud kami bukan Freemason, Illuminati, Rothschild, dll, tapi pihak-pihak yang tidak suka dengan entitas tertentu.

-Lihat polanya

hampir setiap berita hoax yang
tersebar di halaman medsos memiliki target tertentu dan targetnya tidak pernah “kecil”. Serangannya selalu mengarah ke tokoh atau institusi-institusi besar.
Uniknya, yang diserang pun itu-itu lagi dan dia-dia lagi, terus saja begitu hingga tokoh atau institusi terkait mengalami kerugian yang nyata.
Ini menandakan bahwa penyebaran berita hoax merupakan sebuah aktivitas yang terorganisir,
tidak bisa dilakukan jika tidak ada “kepala”
yang menggerakkan atau merencanakan
semuanya.

-Dasar-Dasar Deteksi Hoax

Kita telah sedikit belajar tentang hoax dan
siapa yang menyebarkannya. Kini kita akan
belajar dasar-dasar cara mendeteksi berita
hoax. Berita hoax memiliki beberapa pola yang serupa.
Jika kamu rajin meneliti antara satu
berita dengan berita yang lain, kamu tentu
akan menemukan polanya.

# Berikut adalah
beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk mendeteksi berita hoax:

1.) Berita hoax ditulis dengan judul,
subjudul, maupun isi yang tidak memenuhi kaidah Bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Contoh: “Menegangkan!!!
Cina Ingin menyerang indonesia ,,,
sebarkan agar Yang Lain tau!” Judul lebay
dan penuh kesalahan tata tulis seperti ini
sudah cukup untuk membuktikan bahwa
berita tersebut adalah hoax. Sumber
berita yang penuh dengan kesalahan tata
tulis seperti ini tidak akan pernah
kredibel.

2.) Isi berita terlalu bombastis atau
berlebihan. Poin ini juga penting untuk
diingat; berita yang terlalu antusias,
berlebihan, dan terkesan terlalu
menyudutkan salah satu pihak biasanya
karena ada satu atau beberapa poin yang
ingin dijadikan fokus/target oleh si
penulis . Ini merupakan indikasi bahwa
berita tersebut adalah berita hoax (ingat,
hoax tidak melulu berbicara kepalsuan),
karena berita tersebut sudah mengarah ke
arah propaganda. Tinggalkan!

3.) Berita hoax tidak memiliki sumber
referensi yang jelas. Ini adalah salah satu
karakteristik hoax paling umum yang bisa
kita temukan di berbagai media chatting ,
seperti WhastApp dan BBM. Tidak ada
narasumber, tidak ada link dari mana
berita itu dikutip, bahkan tidak jelas siapa
pengirim pertamanya … yang seperti ini
tak perlu diragukan lagi, sudah pasti
karangan para cyber-army yang terlalu
antusias ingin menggiring opini publik.
Kepada pemakai WhatsApp, BBM, dan
media komunikasi lainnya, mohon
perhatikan betul-betul poin ini!

4.) Jika ada foto, periksa fotonya! Poin ini
adalah poin yang paling sering dilewatkan
oleh para korban hoax. Foto memang
berbicara banyak tentang sebuah
kejadian, tetapi belum tentu foto itu
berkaitan dengan berita yang dibicarakan.
Bisa jadi foto yang dicantumkan adalah
foto dari tahun jebot atau malah foto dari
kejadian yang lain. Untuk mendeteksinya,
kamu bisa melakukan langkah berikut:
a. download fotonya
b. masuk ke images.google.com
c. klik search by image (yang ada gambar icon kamera)
d. pilih upload an image
e. klik browse, kemudian pilih foto yang telah kamu download
f. biarkan loading selama beberapa saat
g. scroll ke bawah hingga bagian “Pages that include matching images”
h. jika hasil pencarian yang muncul sangat banyak, selamat,
kamu kemungkinan sudah dibohongi oleh si pemilik berita

5.) Berita hoax hanya akan muncul di situs-situs skala kecil, tidak sampai ke situs-situs besar.
Poin ini tidak selalu berlaku, memang, tetapi poin ini tetap patut diwaspadai, terutama jika bahasannya menyerempet ke arah politik.

Tetap waspada, jangan diremehkan.
Agar Tidak Menjadi Korban Hoax

Kita telah sedikit mempelajari tentang dasar-dasar mendeteksi hoax, pertanyaan berikutnya adalah apa yang harus kita lakukan agar tak lagi terjebak dalam pusaran hoax?
Untuk menjawab pertanyaan ini,
yang bisa kami berikan adalah CEK ‘N RICEK .
Kalau dalam bahasa relijiusnya: TABAYYUN
Jangan pernah bosan untuk selalu mengecek kebenaran sebuah berita dan
membandingkannya dengan berita-berita lain yang membahas topik serupa.

Demikian sedikit wawasan dari kru KIM GUNDIH.
Kami mungkin bukan yang terbaik di bidang ini, tetapi kami punya cita-cita untuk menjadikan negeri ini sebagai tempat yang lebih baik.
Bagi kami, hoax adalah kejahatan
besar, tidak boleh dicuekin. Kejahatan seperti ini bisa merajalela juga karena kita terlalu banyak berpangku tangan.

Say no to hoax!

Posting Komentar

 
Top